Oleh: Asep Solihudin S.Sos., M.E.
Baru-baru ini digelar ritual pendam kepala sapi sambut 1 Muharam di Lereng Semeru. Ini memang budaya dan kearifan lokal, perlu dilestarikan, budaya dan kearifan lokal ini merupakan modal besar dan jati diri bangsa Indonesia yang memang telah lahir semenjak dahulu kala.

Meski demikian, bangsa Indonesia yang majemuk ini kerap terjadi dan mudah tersulut dengan hal-hal yang kecil dan mudah membesar. Sehingga kebenaran tidak ada yang mutlak tapi Indonesia punya dasar hukum yang kuat dan disepakati bersama. Pancasila.
Ia Pancasila sebagai dasar negara Indonesia menjadikan yang berbeda bisa menerima perbedaan dan bisa membangun bersama di Bumi Nusantara.
Ini kehebatan Pancasila yang telah mengakar dan membumi ini membuat seluruh dunia kagum, karena Indonesia yang luas dengan beragam suku bangsa dan agama bisa bersatu padu dalam bingkai NKRI.
Namun persatuan dan kesatuan bangsa ini perlu terus dijaga dan lestari, dengan berbagai cara, pasalnya kondisi dunia tidak dalam kondisi yang kondusif, konflik atau perang Rusia dan Ukraina yang didukung Eropa Barat dan perang di Timur Tengah yakni Iran dan Israel yang merupakan sekutu dari Amerika dan Eropa Barat.
Modal besar persatuan atas dasar Pancasila ini jangan sampai terkoyak, kita kenal paham politik kanan dan kiri yang kerap bersinggungan, namun dengan kata Kita Pancasila maka hal ini selesai.
Perkuat Pancasila dalam Dunia Pendidikan
Hal yang penting dalam berbangsa dan bernegara adalah regenerasi dan kaderisasi, oleh karenanya anak-anak Indonesia yang saat ini didoktrin dengan games dan media sosial. Meski begitu sebagai penyeimbang harus ada penguatan dari aspek pendidikan yang asyik, membahagiakan dan mudah diterima.
Berkaca dari masa lalu, Ingatkan saat generasi tahun 80,90 dan awal milenium bahwa kebahagian itu tercipta kala kita bermain bersama? Ingatkah kalau berbagi buah dan makanan atau palawija dimana makannya sambil naik di atas pohon dan bercerita bagaimana masa depan kita nanti merupakan masa lalu yang dikenang hingga kini, atau ingatkan saat mandi di sungai dan menyusuri pematang sambil bernyanyi gembira itu perasaan yang ingin dilalui kembali pada saat ini.
Tapi dari kenangan indah semua itu, kita dihadapkan dengan perubahan, perubahan yang memaksa kita untuk beradaptasi, anak-anak kita khususnya di Jakarta sulit melihat tanah kosong untuk bermain bola dan mandi hujan, tapi otak mereka yang luas dimanfaatkan untuk dieksploitasi dengan dunia maya.
Perlu ada keseimbangan, generasi emas di tahun 2045 menuntut pertumbuhan fisik yang prima dan kecerdasan. Oleh disinilah dunia pendidikan berperan, penuhi gizinya dan dicerdaskan otaknya. Jadi anak-anak perlu diperbanyak gerak olahraga di sekolah, agar pertumbuhan seimbang dan otak terisi ilmu pengetahuan dan yang terpenting terus pupuk nilai-nilai Pancasila dengan penambahan mata pelajaran khusus dan aplikatif. Beri anak-anak catatan penilaian dan laporan. Apakah ini pemaksaan, jawabannya ini kesadaran bukan pemaksaan.
Ada pun anak berjiwa Pancasila adalah generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan berakhlak mulia, serta mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan individu, keluarga, maupun dalam bermasyarakat dan bernegara.
Ciri-ciri Anak Berjiwa Pancasila:
Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia:
Menjalankan perintah agama, berakhlak baik, dan memiliki moral yang tinggi.
Berkebinekaan Global:
Menghargai keberagaman suku, agama, ras, dan budaya, serta memiliki wawasan global.
Gotong Royong:
Mampu bekerja sama, saling membantu, dan memiliki semangat kekeluargaan.
Mandiri:
Mampu mengambil keputusan sendiri, bertanggung jawab atas tindakannya, dan tidak bergantung pada orang lain.
Bernalar Kritis:
Mampu berpikir jernih, menganalisis informasi dengan baik, dan mengambil keputusan berdasarkan penalaran yang logis.
Kreatif:
Mampu menciptakan ide-ide baru, inovatif, dan mampu memecahkan masalah dengan cara-cara yang kreatif.
Mencintai Tanah Air:
Menunjukkan rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara Indonesia.
Menjunjung Tinggi Keadilan dan Kebenaran:
Berani membela kebenaran dan keadilan, serta tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain.
Dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak dini, diharapkan anak-anak Indonesia dapat tumbuh menjadi generasi yang berjiwa Pancasila, cerdas, berakhlak mulia, dan mampu berkontribusi positif bagi bangsa dan negara.