Oleh: Dr. Anggawira, Sekjen BPP HIPMI & Ketua Umum ASPEBINDO
Pembukaan Jakarta Geopolitical Forum 2025 oleh Menteri ESDM mewakili Presiden RI menyampaikan satu pesan tegas: bahwa di tengah dunia yang makin tidak pasti, hanya bangsa yang mandiri dan mampu mengelola sumber dayanya secara produktif yang akan mampu bertahan dan melompat maju.
Kondisi geopolitik global hari ini tidak hanya ditandai oleh ketegangan antarnegara besar, tetapi juga ketidakpastian rantai pasok, kompetisi teknologi, serta tekanan pada transisi energi. Di tengah tantangan itu, Indonesia masih mampu menjaga indikator makro yang solid — pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,85% dan inflasi di bawah 3%. Namun, ke depan, pertumbuhan tidak cukup hanya dijaga, tapi harus dikerek melalui transformasi struktural. Di sinilah hilirisasi menjadi kata kunci.
Hilirisasi: Dari Retorika ke Aksi Kolektif
Sebagai negara yang kaya akan sumber daya mineral dan energi — dari nikel, tembaga, timah, hingga batubara — Indonesia tidak boleh terus berada dalam posisi sebagai pengekspor bahan mentah. Hilirisasi adalah keniscayaan, bukan opsi. Negara-negara maju seperti Amerika, Korea Selatan, dan Tiongkok telah memulai lebih awal. Kini saatnya Indonesia memantapkan strategi hilirisasinya sebagai pilar transformasi ekonomi.

Lebih dari itu, hilirisasi bukan hanya soal nilai tambah ekonomi. Ini adalah strategi jangka panjang untuk memperkuat kedaulatan nasional. Saat industri tumbuh dari dalam negeri, lapangan kerja tercipta, teknologi berkembang, dan ketergantungan terhadap fluktuasi pasar global bisa dikurangi.
Keterlibatan Negara, Keterlibatan Semua
Kami di ASPEBINDO dan HIPMI percaya bahwa hilirisasi tidak bisa berjalan dengan kekuatan pasar semata. Diperlukan kehadiran negara secara utuh, tidak hanya sebagai regulator tetapi juga sebagai fasilitator dan bahkan mitra strategis. Dalam konteks ini, langkah pemerintah membentuk Kementerian Investasi dan Hilirisasi serta Satgas Hilirisasi adalah inisiatif penting. Termasuk pembentukan lembaga pembiayaan strategis seperti Danantara, yang berpotensi menjadi instrumen pembiayaan jangka panjang tanpa harus bergantung pada pinjaman luar negeri.
Namun, lebih dari regulasi dan institusi, hilirisasi memerlukan pendekatan lintas sektor: investasi, infrastruktur, teknologi, hingga sumber daya manusia. Dibutuhkan koordinasi antara pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha nasional dan lokal, serta masyarakat sebagai pemilik sah sumber daya.
Hilirisasi yang Inklusif dan Berkelanjutan
Hilirisasi akan gagal jika hanya menciptakan enclave industri. Model pembangunan masa depan harus berbasis kolaborasi dan keberlanjutan. Ini mencakup:
1. Blending model antara industri padat karya dan padat teknologi — disesuaikan dengan karakter SDA daerah;
2. Keterlibatan UMKM dan pengusaha lokal dalam rantai pasok hilirisasi;
3. Kepastian hukum dan fiskal agar investasi jangka panjang tidak terhambat oleh ketidakpastian kebijakan;
4. Penguatan pendidikan vokasi dan litbang untuk menyuplai tenaga kerja dan teknologi dalam negeri;
5. Prinsip ESG (Environment, Social, Governance) sebagai fondasi tata kelola industri masa depan.
Kami menekankan bahwa kue ekonomi hasil hilirisasi harus dibagi secara adil. Tidak boleh hanya dinikmati oleh investor besar, tetapi harus sampai ke masyarakat dan pengusaha daerah. Inilah bentuk ekonomi gotong royong yang sebenarnya.
Menuju Indonesia Emas 2045
Dengan menjalankan hilirisasi secara konsisten, inklusif, dan ramah lingkungan, Indonesia tidak hanya mampu memperkuat perekonomian domestik, tapi juga menempatkan dirinya dalam 10 besar kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2045 — sebagaimana visi nasional kita bersama.
Sebagai representasi dunia usaha, kami mendukung penuh agenda hilirisasi pemerintah. Tapi kami juga menekankan: pelibatan sektor swasta, terutama pengusaha muda dan pelaku usaha energi dan mineral, adalah faktor penentu keberhasilan.
Indonesia tidak boleh ragu melangkah. Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian, kunci keselamatan dan kemajuan ada pada kemampuan kita membangun kemandirian dari dalam negeri. Dan hilirisasi adalah jalannya.