
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Oleh: Asep Solihudin S.Sos.M.E.
Akhirnya Amerika meradang, pasca pertemuan para pemimpin negara di parade militer Tiongkok, seperti yang telah diprediksi banyah pihak bahwa Amerika Serikat tidak akan tinggal diam dan betulsaja, Paman Sam langsung mengubah struktural kementerian dan lembaga, dengan mengganti Kementerian Pertahanan AS menjadi Departemen Perang Amerika Serikat.
Signyal kuat ini menandakan bahwa dunia tidak dalam keadaan baik-baik saja, geopolitik internasional wajib diwaspadai, timur dan barat dalam masalah yang serius dan meradang, dimana medan perang yang akan dijadikan arena atau ring mereka bertarung sepertinya sedang dipersiapkan.
Salah langkah dalam bersikap bisa jadi dibalas dengan serangan rudal-rudal canggih dari para penguasa dunia ini.
“Semua orang tahu kita memenangkan Perang Dunia I dan Perang Dunia II bukan dengan Departemen Pertahanan, tapi dengan Departemen Perang,” ujar Trump kepada wartawan. Bagi Trump, perubahan nama menjadi Departemen Pertahanan pada tahun 1949 dianggap mengikis semangat ofensif yang dulu membawa AS pada kejayaan.
Tandanya memang dibawah kekuasaan Trump Amerika mempersiapkan perang besar melawan negara yang berkumpul dialiansi Rusia, Tiongkok dan Korea Utara.
Pentagon kembali mencitrakan diri etos prajurit penyerang yang siap menghancurkan musuh, bukan hanya bertahan. Hal ini mirip para spartan yang haus perang.
Menteri Pertahanan Pete Hegseth, yang disebut Trump sebagai “menteri perang,” menguatkan pandangan tersebut. Menurut Hegseth, penggunaan istilah “Departemen Perang” akan menegaskan perubahan budaya di dalam Pentagon. “Kami tidak ingin situasi darurat yang tak berkesudahan dan hanya bermain bertahan. Kami menginginkan prajurit yang mengerti cara mematikan musuh,” tegasnya.
Perubahan resmi masih memerlukan persetujuan Kongres. Sejumlah pendukung Trump di Capitol Hill segera mengajukan rancangan undang-undang untuk melegalkan nama baru tersebut.
Namun, perubahan kosmetik sudah tampak. Situs resmi Pentagon berganti dari “defense.gov” menjadi “war.gov.” Plakat di kantor Menteri Pertahanan Pete Hegseth juga diganti, disaksikan lebih dari selusin staf. Trump mengatakan perlengkapan kantor seperti kop surat juga akan diperbarui.
Namun siapa yang akan Amerika perangi pertama kali? kita perlu ingat bahwa Amerika adalah negara yang selalu sukses dalam upaya penyerangan, seperti Irak, Afghanistan dan yang lainnya. Meski Amerika pun gagal dalam perang Vietnam, namun hal ini tidak menyurutkan Amerika mengirim prajurit bayaran untuk membuat makar di negara lain.
Indonesia Dikondisi Yang Tidak Baik-baik Saja
Indonesia merupakan negara besar dan perlu bebenah diri, ini mengingat bangsa ini selalu menjadi magnet bangsa lain untuk dikuasai, bukan karena banyak energi, tapi tanah bangsa ini adalah tanah yang subur dimana kesuburan akan berpengaruh terhadap ketersediaan pangan!
Sebagai negara yang menganut politik bebas aktif Indonesia pastinya tidak akan terjebak dengan blok barat dan timur, hal ini seperti yang pernah terjadi dan mendarah daging setiap sanubari anak bangsa, tapi posisi ini pun menghawatirkan, sebab kadang dalam berkawan mereka akan menanyakan sikap kita dalam berteman dan menjalin hubungan.
Nah, perkuatan dalam persatuan dan kesatuan sangat penting, doktrin sistim Hankamrata atau sistem pertahanan semesta dan tentara rakyat pun wajib dipupukan semenjak dini disetiap jenjang pendidikan.
“Indonesia merupakan bangsa kuat dan bangsa petarung sebab nenek moyang kita adalah pelaut yang artinya bangsa ini merupakan bangsa petarung dan pengarung samudra, penjelajah dunia dan genetik itu ada hingga saat ini, perkuat”.
Pendidikan Bela Negara Semenjak Dini
Presiden sudah memulai dengan Komponen Cadangan, komponen ini merupakan pekerja yang siap tempur membela bangsa dan negara, maka menurut penulis, kini perlu diperkuat pendidikan wawasan nusantara, cinta tanah dan bangsa serta menjaga persatuan di atas kebhinekaan.
Doktrin bangsa petarung dan bangsa penaklu pun perlu dipupukan semenjak dini, dalam sejarah kita Indonesia tidak pernah kalah dengan bangsa lain dalam berperang, tapi nenek moyang kita kalah dalam persatuan dan hal itu pula yang membuat asing mampu menguasai Nusantara.
Selain itu, alat-alat perang yang sudah usang, persenjataan yang kuno perlu diganti, pemerintah jangan lamban dalam melakukan pembenahan dan pengembangan industri pertahanan, sudah sejauhmanakah kita siap dalam berperang jika perang dunia pecah esok hari? itu pertanyaan yang wajib dijawab saat ini.
Persiapkan perang untuk 100 tahun karena kita Indonesia bisa kalah dalam serangan yang memalukan hanya dalam penaklukan sehari, justru itu yang tidak kita inginkan.
Presiden Prabowo selalu mengenang kondisi bangsa ini dihina dengan para penjajah, maka jangan sampai terulang. Kokoh dalam persatuan pastinya akan membuat asing pun segang, jangan sampai bangsa ini jadi sasaran empuk, bukankah Gaza Palestina sudah membuktikan dimana seluruh mata memandang di sana adalah reruntuhan bangunan dan jiwa-jiwa yang hidupnya hanya hitungan hari.
Selagi kondisi masih kondusif, persiapan perang perlu dioptimalkan agar tentara Indonesia kuat dan rakyat mem back up, karena tentara Indonesia adalah rakyat.