Oleh Asep Solihudin S.Sos., M.E.
Data Terkini (Maret 2025) Per Maret 2025, BPS mencatat rasio gini Indonesia sebesar 0,375, yang menandakan adanya ketimpangan. Angka ini menunjukkan penurunan dari periode sebelumnya (September 2024), sehingga jurang antara si kaya dan si miskin menyempit, bukan melebar.

Arti Rasio Gini Nilai 0 (nol) Berarti distribusi pendapatan atau kekayaan sangat merata, semua orang memiliki pendapatan atau kekayaan yang sama. Nilai 1 (satu):
Berarti distribusi sangat tidak merata, satu orang memiliki semua kekayaan dan yang lain tidak memiliki apa-apa.
Ketimpangan ini merupakan sumber dari petaka di Indonesia yang bisa ditarik benang merah terhadap aksi demo pada 25 Agustus 2025 yang berujung pada anarkisme dan teror penyerangan kantor kepolisian dan meninggalnya seorang ojol di Jakarta serta tiga orang ASN di Makassar serta pembakaran dan penjarahan di mana-mana.
Kesenjangan tidak boleh terjadi di Indonesia, sebab negara yang kaya ini semestinya bisa dirasakan kekayaan dan kemakmuran ini oleh seluruh rakyat Indonesia dan itulah yang sedang diperjuangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Kemiskinan Merupakan Setingan Elit Global
Pandangan ini bukan teori konspirasi semata, kita perhatikan, negara yang kaya seperti Indonesia memang dibuat miskin dengan berbagai intrik ekonomi yang dimainkan oleh dunia barat. Tujuannya, agar barang mentah yang dibutuhkan mereka dijual murah, bahkan program smelter bak ala-ala saja.
Smelter atau fasilitas atau pabrik tempat memproses dan memurnikan mineral hasil tambang seperti tembaga, nikel, timah, emas, dan perak menjadi logam murni yang siap digunakan sebagai bahan baku industri terlihat setengah hati di program. Kondisi ini terjadi di negara-negara seperti ASEAN, ya Indonesia, baru saja kita merangkak untuk maju, langsung gejolak menerpa, Penulis beranggapan tidak ada yang terjadi secara kebetulan, Penulis menduga semua by design.
Indikasi itu ada dan variabel itu kuat, ini operasi informasi, ada penanaman isu, terkait tunjangan DPR yang tendensius, yang sulit dilacak, tapi seragam, ini operasi proxy, fase kedua adalah framing, agitasi dan propaganda, DPR dianggap perampok duit rakyat, instrumen agitasi, fase ketiga mobilisasi terselubung, dari medsos masuk ke grup kecil wa untuk menyebarkan kebencian dan perlawanan dan tahap ke empat provokasi lapangan, agen provokator pun muncul ini psiko war, targetnya tidak hanya polisi tapi mereka yang tidak sejalan. Fase kelima propaganda balik, gambar kericuhan, slogan keras dan narasi rakyat melawan DPR disirkulasikan secara masif yang anehnya pesan utama bukan soal tunjangan DPR tapi delegitimasi DPR sekaligus tekanan politik kepada pemerintah ini pola TSM, Terstruktur, Sistematis dan Masif. Ada aktor non formal dan ada pelaku pembiayaan yang sangat besar yang mampu menggerakan orang sebanyak ini dan mengorkestrasi kekerasan di mana-mana.
Sutradara dari kerusuhan 25 Agustus ini sungguh serius dan detail, menggunakan media sosial rakyat yakni tiktok dalam mendoktrin masyarakat dengan IQ 78,49 berdasarkan
World Population Review, di bawah rata-rata IQ global yang berkisar antara 85 hingga 115. Sehingga Indonesia menduduki peringkat ke-127 dari 197 negara yang diuji pada tahun 2024.
Dari kelemahan ini, emak-emak yang biasa nonton obralan barang murah dan remaja yang bisa nongkrong sampai tercuci otak mereka dan berpandangan dan bisa menebak dengan seragam, bahwa pasca rumah Sahroni di jarah maka rumah Eko dan Uya, Nafa Urbach serta Sri Mulyani pun akan merasakan hal yang sama karena dinilai “layak”. Bukankah ini ada yang mensetting alam bawah sadar mereka?
Namun lagi-lagi skenario ini bisa berjalan jika berada di negara yang miskin dengan tingkat pendidikan yang masih rendah dan ini itu terbukti.
Langkah Sistematis Membalikan Keadaan
Penulis menilai rakyatlah menjadi korban dari skenario jahat ini, serangan ini terjadi dari dalam dan luar negeri. Apa pun itu persatuan Indonesia merupakan solusi, sudahi dan cukup, anggota DPR dan DPD mesti tau diri, Anda merupakan wakil rakyat, harus taubatan nasuha, benar-benar tobat dan jangan tomat alias tobat kumat, berjanji Demi Allah dalam mengabdi kepada rakyat Indonesia dengan melakukan fungsi pengawasan, regulasi dan anggaran, DPR jauhkan sikap hedonisme, pamer kekayaan dan berlagak sombong dan angkuh dilayar kaca, karena rakyat saat ini sedang terluka, Anda jangan bergembira, Bela Rakyat, jika itu dilakukan dengan rasa penuh amanah, rakyat akan tersenyum bahagia karena orang yang menjadi wakil dia di parlemen adalah orang yang sepenuh hati membela jiwa dan raga untuk rakyat Indonesia.
Pemerintah pun tidak boleh tinggal diam, Presiden sudah melakukan lakukan tindakan yang tepat, apa pun yang dilakukan oleh Presiden sudah benar, asal para pembisik dan pembantunya jangan asal siap bos atau ABS, Asal Bapak Senang, dekatkan terus presiden dengan rakyat namun jangan dibuat sibuk dengan hal yang tidak manfaat. Para sengkuni sudahi tindakan yang tidak benar, lalu para pembantu Presiden yang memang tidak bisa ikut ritme sekelas Prabowo Subianto baiknya menyingkir dan meletakkan jabatan, agar tidak menjadi penghambat pembangunan di kondisi geopolitik yang tidak baik-baik saja.
Tokoh lintas agama dan ormas perlu bergandengan tangan erat, menyatukan pandangan dan menjadikan ini sebagai pelajaran penting, jangan ada lagi demo anarkis, sebab bangsa ini sedang menuju kemajuan yang adil dan makmur. (Pengendara Angin)