
Kitab suci Al Quran berusia 400 tahun
Kitab suci Al Quran berusia 400 tahun menjadi bukti penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan. Kitab ini ditulis pada 1625 oleh Syekh Abdullah Asufi kemudian dikembangkan oleh para ahli penulis Alquran pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14, Sultan Alauddin Tumenanga Gaukanna. Hingga kini, kitab tersebut tersimpan di Museum Balla Lompoa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.
Di Museum Balla Lompoa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tersimpan sebuah artefak berharga yang menjadi saksi bisu perjalanan Islam di Sulawesi Selatan.
Sebuah mushaf Al Quran berusia lebih dari 400 tahun, dengan ukuran 35 x 49 sentimeter, masih terjaga meskipun kertasnya telah menguning dimakan usia, ini adalah goresan tinta tangan ulama Syekh aAbdullah Asufi, yang kemudian dikembangkan oleh para ahli penulis Al Quran pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14, Sultan Alauddin Tumenanga Gaukanna, ahli sejarah budaya dan keagamaan istana Balla Lompoa, Andi Jufri Tenri Bali mengatakan, menurut catatan sejarah mushaf ini diwariskan turun-temurun oleh para raja Gowa, salah satu yang turut menjaga keberadaannya adalah Raja Gowa ke-32, Kumala Barani Karaeng Maparang Sultan Muhammad Abdul kadir.
Mushaf ini diyakini berasal dari Syekh Ahmad Umar, seorang ulama Bugis yang lama tinggal di Mekkah sebelum menyebarkan Islam di Sulawesi Selatan sekitar tahun seribu 850.

Andi Jufri Tenri Bali, ahli sejarah budaya dan keagamaan Istana Balla Lompoa.
“Syekh Ahmad Umar berkesempatan menulis sebuah kitab suci mushaf Al Quran ini diselesaikan oleh beliau di tanah suci Mekkah, hasil tulisan ini dibawa ke Sulsel diantaranya diserahkan ke kerjaan Wajo, satu diserahkan ke kerajaan Bone, kemudian raja Bone menghadiahkan ke Raja Gowa,” kata Andi Jufri Tenri Bali, ahli sejarah budaya dan keagamaan Istana Balla Lompoa.
Andi Jufri menambahkan Islam Resmi dianut oleh kerajaan Gowa pada tahun 1605, penyebarannya erat kaitannya dengan kedatangan tiga ulama besar dari Sumatra Barat, yakni Datuk Ri Bandang, Datuk Ti Tiro dan Datuk Patimang, sejak itu Islam semakin berakar di Kerajaan Gowa.